Cerita Seru: Cinta Yang Mengalir Di Nadi Musuh
Cinta yang Mengalir di Nadi Musuh
Aroma cendana dan hujan tanah membawanya kembali. Lin Wei, seorang arsitek muda di Shanghai yang sibuk, tiba-tiba dihantui penglihatan; ISTANA megah, pedang terhunus, dan wajah seorang pria—Li Cheng, jenderal besar kekaisaran. Penglihatan itu datang seperti pecahan kaca yang menusuk ingatan.
Lin Wei menganggapnya mimpi buruk, gangguan psikologis akibat stres. Namun, setiap malam, gambaran itu semakin jelas. Dia melihat Li Cheng, gagah berani dan setia, mengkhianatinya demi tahta. Dia, Permaisuri Xian Hua, dijebak dan dieksekusi secara brutal.
Kejadian aneh mulai bermunculan. Sebuah giok burung phoenix, identik dengan miliknya di penglihatan, muncul di toko barang antik. Kemudian, dia bertemu dengan seorang kolega baru, Chen Hao, yang wajahnya PERSIS seperti Li Cheng.
Chen Hao tampan, karismatik, dan perhatian. Lin Wei bingung. Apakah ini karma? Apakah semesta memberinya kesempatan kedua? Dia membenci Chen Hao karena wajahnya, tapi hatinya berdebar setiap kali pria itu tersenyum.
"Kau... mengingatkanku pada seseorang," kata Lin Wei suatu sore, saat mereka minum teh di kedai kuno.
Chen Hao tersenyum misterius. "Mungkin kita pernah bertemu di suatu tempat, di suatu waktu yang sangat, sangat lama."
Lin Wei mulai menyelidiki masa lalu. Ia menemukan catatan sejarah yang menyebutkan Permaisuri Xian Hua, jenderal Li Cheng, dan intrik istana. Setiap fakta baru adalah pecahan memori yang menyakitkan.
Akhirnya, dia tahu. Chen Hao bukan hanya reinkarnasi Li Cheng, dia juga INGAT. Dia ingat pengkhianatannya, penyesalannya, dan cinta terlarangnya pada Permaisuri Xian Hua. Dia hadir di sini, di kehidupannya, untuk menebus dosa.
Namun, penebusan tidak berarti cinta. Lin Wei tidak bisa melupakan rasa sakitnya. Dia tidak bisa mempercayai pria yang pernah menghancurkannya. Balas dendamnya bukan dengan pedang dan darah, tapi dengan pilihan.
Chen Hao menawarkan padanya proyek ambisius; merestorasi Istana Musim Panas yang hancur. Sebuah simbol kekuasaan dan keindahan. Lin Wei menerimanya. Ia akan membangun istana baru, bukan untuk kemuliaan kekaisaran, tapi untuk mengenang masa lalu dan menentukan masa depan.
Saat proyek berjalan, Lin Wei menggunakan keahliannya untuk mengubah desain istana secara halus. Melemahkan beberapa struktur, memperkuat yang lain. Sebuah istana yang indah, tetapi juga RAPUH.
Pada hari peresmian, di hadapan ratusan undangan, Lin Wei berdiri di samping Chen Hao, menatap istana yang megah.
"Kau tahu," bisik Lin Wei, "Istana ini... tidak sekuat yang terlihat."
Chen Hao menatapnya, ekspresi penyesalan terpancar di matanya. Ia mengerti. Balas dendam Lin Wei bukanlah kematian, melainkan pengingat abadi atas perbuatan buruknya. Ia akan hidup dengan pengetahuan bahwa ia membangun sesuatu yang indah, tetapi juga berbahaya, sebuah monumen untuk kebodohannya sendiri.
Lin Wei tersenyum tipis. Dia telah memenangkan pertempuran ini.
"Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya," kata Lin Wei sambil berlalu, meninggalkannya sendiri di hadapan istana barunya, janji yang tertunda seribu tahun.
You Might Also Like: 7 Fakta Mimpi Memberi Makan Serigala