Cerpen Terbaru: Tangisan Yang Tak Lagi Kusembunyikan
Tangisan yang Tak Lagi Kusembunyikan
Hujan abu-abu menggantung di cakrawala Shanghai, serupa dengan kelabu yang merayapi hatiku. Di balik jendela penthouse yang menjulang, aku berdiri. Gaun sutra ivory memeluk tubuhku, anggun menyembunyikan luka yang menganga. Lima tahun. Lima tahun aku mencintaimu, Lin Wei. Lima tahun aku membangun istana pasir bernama 'kita'.
Dulu, senyummu bagaikan mentari pagi, menghangatkan jiwa yang beku. Sekarang, aku tahu, senyum itu hanyalah topeng, menutupi kebusukan yang kau sembunyikan. Pelukanmu dulu adalah rumah, tempatku pulang. Sekarang, aku merasakan racun menjalar di setiap sentuhanmu, meninggalkan perih yang membakar. Janji-janji yang kau ucapkan, dulu adalah melodi indah yang menenangkan. Kini, mereka menjelma menjadi belati, menusuk jantungku berulang kali.
Aku ingat malam itu, malam perayaan ulang tahun pernikahan kita. Kau menatapku dengan mata teduh, mengucapkan janji abadi di depan para tamu. Di balik tatapan itu, ada wanita lain, ada kebohongan yang menjijikkan. Aku tahu. Aku selalu tahu. Intuisi seorang wanita tidak pernah salah.
Aku adalah Jiang Meiling. Putri tunggal keluarga Jiang. Pewaris kerajaan bisnis yang luas. Aku bisa menghancurkanmu dengan satu jentikan jari. Tapi aku tidak akan melakukannya. Darah tidak pernah menjadi solusi. Balas dendamku tidak akan berlumuran darah.
Aku akan membuatmu merasakan apa yang kurasakan. Kehilangan. Kekosongan. Penyesalan abadi.
Dua tahun kemudian…
Aku melihatmu dari kejauhan. Kau berdiri di depan makam ibumu, tubuhmu bergetar hebat. Perusahaanmu bangkrut. Semua asetmu disita. Kariermu hancur. Wang Yan, wanita yang kau puja, meninggalkanmu tanpa sepatah kata pun. Kau ditinggalkan seorang diri, dalam kehancuran total.
Aku yang merencanakan semuanya. Aku yang menarik benang takdir, menjeratmu dalam jaring karma. Aku melakukan semuanya dengan keanggunan seorang Ratu Es. Tidak ada satu pun jejak yang mengarah kepadaku. Aku tetaplah Jiang Meiling yang disegani, yang dikagumi.
Air mata akhirnya jatuh. Bukan air mata penyesalan, tapi air mata pembebasan. Tangisan yang selama ini kupendam, akhirnya pecah. Aku tidak menyesal. Tapi, aku juga tidak bahagia.
Aku berbalik, meninggalkanmu dalam kesedihanmu. Langkahku ringan, namun hatiku terasa berat. Aku menang. Tapi, kemenangan ini terasa pahit.
Kau akan hidup dalam penyesalan abadi, Lin Wei. Setiap kali kau memandang cermin, kau akan melihat wajah pengkhianat. Setiap kali kau mencoba mencintai, kau akan teringat pada kesalahanmu. Ini adalah balas dendamku. Balas dendam yang lebih kejam dari kematian.
Saat aku melangkah masuk ke dalam mobil, aku berbisik lirih, "Selamat tinggal, Lin Wei."
Cinta dan dendam... lahir dari tempat yang sama.
You Might Also Like: Supplier Skincare Tangan Pertama_25