Dracin Seru: Bayangan Yang Diam Di Dalam Hati
Hujan Menggigil di Jembatan Kenangan
Hujan malam itu menggigil. Sama seperti hatiku, pikir Lin. Jembatan batu di kota tua itu basah dan licin, memantulkan cahaya lentera yang nyaris padam. Cahaya itu bergetar, menari-nari seperti kenangan yang enggan menghilang. Lima tahun. Lima tahun sejak malam itu.
Dari kejauhan, siluet seorang pria. Tinggi, tegap, familiar. Zhan. Jantung Lin berdegup kencang, sakitnya masih sama seperti dulu. Zhan mendekat, langkahnya ragu, seolah menginjak serpihan kaca. Wajahnya, yang dulu selalu penuh senyum, kini dipenuhi garis-garis penyesalan.
"Lin…" bisiknya, suaranya serak tertelan hujan.
Lin tidak menjawab. Hujan semakin deras, membasahi rambut dan pakaian mereka. Bayangan mereka memanjang di jembatan, patah dan terdistorsi oleh genangan air. Sama seperti hubungan mereka.
"Aku… aku tahu aku salah," lanjut Zhan, matanya memohon. "Aku tahu aku menyakitimu. Tapi kumohon, beri aku kesempatan untuk menjelaskan."
Lin tertawa hambar, suara itu tenggelam dalam gemuruh hujan. "Menjelaskan? Apa yang perlu dijelaskan? Kau memilih dia, Zhan. Kau memilih kekayaan dan kekuasaan."
Zhan menunduk. "Aku… aku terpaksa. Keluarga… mereka mengancam."
Lin mengangkat dagunya, menatap Zhan dengan tatapan dingin. "Ancaman? Kau pikir aku percaya itu? Cinta sejati tidak akan menyerah pada ancaman apapun!"
Suasana hening. Hanya suara hujan dan deru napas yang terdengar. Zhan mengangkat tangannya, hendak menyentuh wajah Lin, tapi Lin mundur selangkah.
"Jangan sentuh aku," desisnya. "Sentuhanmu menjijikkan."
Zhan terdiam. Di mata Lin, ia melihat sesuatu yang baru, sesuatu yang tidak pernah ia lihat sebelumnya: kebencian yang membara.
"Kau pikir aku hanya berdiam diri selama ini? Menderita dalam diam?" tanya Lin, suaranya pelan namun menusuk. "Kau salah. Aku tidak sebodoh itu."
Cahaya lentera di dekat mereka berkedip-kedip, seolah merasakan aura gelap yang tiba-tiba terpancar dari Lin. Hujan semakin menggila, menyembunyikan senyum tipis yang terukir di bibir Lin.
"Semua yang kau miliki, Zhan. Kekayaan, kekuasaan, bahkan dia… akan menjadi milikku. Kau akan kehilangan segalanya. Seperti yang kau lakukan padaku."
Zhan menatap Lin dengan tatapan ngeri. Ia baru menyadari, selama ini ia telah dibutakan oleh penyesalan dan rasa bersalah. Ia tidak melihat kedalaman jurang yang sedang digali Lin. Ia tidak melihat… balas dendam.
Lin mendekat, berbisik di telinga Zhan. Suaranya nyaris tidak terdengar, tetapi kata-katanya terasa seperti belati yang menembus jantung.
"Kau tahu, Zhan, semua yang terjadi lima tahun lalu... bukan hanya karena keluargamu, tapi karena aku yang merencanakannya dari awal."
You Might Also Like: Ulasan Lengkap Tentang Moisturizer