Dracin Terbaru: Aku Menatap Perang Berakhir, Tapi Hatiku Belum Berdamai
Aku Menatap Perang Berakhir, Tapi Hatiku Belum Berdamai
Kabut lavender menyelimuti kota Lanyue, kota yang baru dibangun di atas reruntuhan medan perang. Di balkon berukir batu giok, aku, Lin Wei, berdiri. Angin dingin menerpa wajahku, membangkitkan ingatan samar tentang... darah, pedang, dan pengkhianatan. Aku tidak mengerti. Aku baru berusia 17 tahun, namun hatiku terasa seberat seribu tahun.
Setiap malam, mimpi itu datang. Sosok anggun bersayap phoenix, membela kerajaan dari serangan iblis. Kekuatan yang luar biasa, cinta yang mendalam, dan...tusukan di belakang. Siapa?
Lanyue adalah simbol perdamaian, buah dari pengorbanan yang bahkan tidak kuingat sepenuhnya. Orang-orang bersukacita, merayakan awal baru. Tapi di dalam diriku, ada kegelapan yang menolak mereda. Kegelapan yang mengenali senyuman palsu, kebohongan tersembunyi di balik kata-kata manis.
Tuan muda Jiang, pewaris keluarga terkuat di Lanyue, mendekatiku. Matanya teduh, janjinya terucap tulus. Tapi ketika tangannya menyentuhku, bayangan masa lalu berkilau di benakku. Seorang pria dengan mata yang sama, berjanji setia di bawah pohon sakura yang bermekaran, lalu... menusukku tepat di jantung.
Dia. Jiang. Di kehidupan sebelumnya, dia adalah sahabatku, kekasihku, lalu... PEMBUNUHKU!
Bukan dendam yang aku inginkan. Bukan darah yang aku cari. Aku hanya ingin damai. Damai untuk jiwa yang telah lama merana.
Ketika Jiang berlutut di hadapanku, memohon cintaku, aku tersenyum. Senyuman yang tidak mencapai mataku. "Tuan muda Jiang," kataku lembut, "Aku menerima lamaranmu. Namun, sebelum pernikahan kita, aku ingin kau memberiku satu permintaan."
Permintaanku sederhana: Jiang harus menyerahkan hak warisnya, seluruh kekayaannya, kepada yayasan yang dibangun untuk membantu anak-anak yatim piatu perang. Alasan yang aku berikan? Aku ingin melihat Lanyue semakin makmur dan tidak dikuasai oleh ambisi satu keluarga.
Jiang ragu. Matanya yang teduh kini dipenuhi kepanikan. Dia tahu. Entah bagaimana, dia TAHU aku mengingat semuanya.
Akhirnya, dia mengangguk.
Pernikahan itu berlangsung megah, namun hatiku dingin. Aku melihatnya, Jiang, kehilangan segalanya. Kehormatan, kekuasaan, dan... warisan yang seharusnya menjadi miliknya. Dia tidak lagi menjadi ancaman. Dia hanya bayangan dari pengkhianat masa lalu.
Di malam pernikahan, aku meninggalkannya. Tanpa sepatah kata pun, aku menghilang ke dalam kabut lavender, meninggalkan Lanyue dan masa laluku yang terkutuk. Aku tidak akan kembali. Aku akan mencari kedamaian di tempat lain, dengan harapan suatu hari nanti jiwaku akan benar-benar sembuh.
Di tengah kabut, aku berbisik, "Satu hari nanti, di kehidupan yang lain, aku akan menemukanmu... dan kita akan menari di atas abu dari pilihanmu."
You Might Also Like: 126 Unveiling Plasmoid Unification