SERU! Mahkota Yang Retak Oleh Ciuman
Hujan menyelimuti pemakaman kuno, rintiknya menari di atas batu nisan yang berlumut, setiap tetesnya seperti air mata yang tak pernah berhenti. Di antara nisan-nisan itu, berdirilah Li Wei, bukan sebagai manusia bernapas, melainkan sebagai roh yang terikat. Kematiannya datang tiba-tiba, sebuah kecelakaan tragis yang merenggutnya sebelum ia sempat mengucapkan kata-kata penting, kata-kata yang kini menghantuinya.
Dunia arwah dan dunia manusia berbaur di sekelilingnya, sebuah batas tipis yang dapat ia lalui, namun tidak ia tinggalkan. Bayangan Li Wei menolak pergi, terpaku pada istana megah di kejauhan, tempat di mana ia dulu hidup, mencintai, dan dikhianati.
Setiap malam, ia menyelinap ke istana, menembus dinding dan tirai, mencari petunjuk, potongan ingatan yang hilang. Ia melihat permaisuri, wanita yang dulu dicintainya, kini mengenakan mahkotanya, mahkota yang seharusnya menjadi miliknya. Ada rasa sakit yang menusuk, bukan karena kehilangan tahta, tapi karena rahasia yang tersembunyi di balik senyum permaisuri.
Atmosfer di istana terasa berat, sunyi yang menyesakkan, seperti doa yang tak selesai. Li Wei melihat dirinya sendiri dalam cermin-cermin yang berdebu, wajahnya pucat, matanya dipenuhi kerinduan. Ia ingin berteriak, menuntut keadilan, tapi suaranya hanya gema tak terdengar di dunia arwah.
Ia terus mencari, bukan untuk balas dendam, bukan untuk merebut kembali mahkotanya, melainkan untuk kebenaran. Kebenaran tentang malam itu, malam sebelum kematiannya, malam di mana ia melihat permaisuri mencium seorang pria lain di taman rahasia. Ciuman itu, seperti racun, telah meretakkan mahkotanya, meretakkan hatinya.
Hari-hari berlalu seperti kabut yang menggantung. Akhirnya, ia menemukan surat tersembunyi, surat dari pria itu kepada permaisuri, yang mengungkapkan sebuah rencana jahat untuk menjatuhkannya, untuk merebut tahta, dan… untuk menuduhnya berkhianat. Air mata roh mengalir di pipinya, bukan air mata amarah, tapi air mata kelegaan. Kebenaran telah terungkap.
Dengan segenap kekuatan yang tersisa, Li Wei menghampiri permaisuri yang sedang tertidur lelap. Ia membisikkan ke telinganya, "Aku tahu." Kemudian, ia berbalik dan berjalan menuju cahaya, meninggalkan istana dan semua rahasianya. Tugasnya selesai.
DAMAI akhirnya menyelimutinya.
…dan mungkin saja, roh itu baru saja tersenyum untuk terakhir kalinya.
You Might Also Like: Alasan Skincare Lokal Dengan Sodium