Drama Abiss! Air Mata Yang Kumasak Jadi Racun
Air Mata yang Kumasak Jadi Racun
Malam itu sunyi, sepi seperti alunan guqin di kuil usang. Bulan pucat mengintip dari balik awan kelabu, menyaksikan air mataku jatuh, satu per satu, ke dalam cawan porselen putih. Bukan air mata biasa. Air mata ini adalah perasan jiwa yang terluka, pengkhianatan yang terukir perih di jantungku.
Dia, Lan Wangji, menikahi wanita lain. Bukan karena cinta, tentu saja. Tapi karena takdir, karena keegoisan keluarga, karena…kekuatan. Aku, Wei Wuxian, hanya bisa menelan pilu. Aku diam, bukan karena lemah. Aku diam karena sebuah rahasia. Sebuah rahasia yang jika terungkap, akan menghancurkan segalanya.
Rumor beredar di istana. Selir yang dinikahi Lan Wangji, seorang putri dari kerajaan tetangga yang kaya raya, jatuh sakit. Penyakit aneh. Tiap malam, dia menjerit ketakutan, menyebut-nyebut nama iblis. Tabib kekaisaran angkat tangan. Mereka hanya bisa memberikan ramuan penenang, yang tak kunjung meredakan siksaan sang putri.
Aku, yang dulu dikenal sebagai ahli strategi ulung, kini hanya menjadi bayangan di istana. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaan remeh, menghindari tatapan Lan Wangji yang penuh tanya. Setiap kali mata kami bertemu, aku melihat penyesalan di sana. Tapi penyesalan tidak mengubah apapun.
Waktu berlalu. Penyakit sang putri semakin parah. Bisik-bisik mulai menyebut nama Wei Wuxian, si penyihir yang terbuang. Mereka menduga aku menyumpahi sang putri karena cemburu. Tuduhan itu seperti anak panah yang menembus hatiku, tapi aku tetap diam. Rahasia itu harus tetap aman.
Suatu malam, aku dipanggil ke kediaman sang putri. Ruangan itu gelap dan dingin, hanya diterangi oleh beberapa lilin yang menari-nari. Sang putri terbaring lemah di ranjang, matanya merah dan bengkak. Dia meraih tanganku dengan gemetar.
"Wei… Wuxian… tolong aku…" suaranya serak. "Aku… aku melihat mereka… bayangan-bayangan…"
Aku menatapnya dengan iba. Lalu, aku melihatnya. Di balik bayangannya, di dinding, terpantul siluet makhluk mengerikan. Makhluk yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang memiliki dosa besar. Dosa… apa yang disembunyikan putri ini?
Aku meraba saku jubahku, mencari botol kecil berisi cairan bening. Air mata. Air mata yang telah kumasak menjadi racun. Bukan racun kematian, tapi racun yang akan membuka kebenaran.
Aku meneteskan beberapa tetes ke bibir sang putri. Matanya terbelalak. Tubuhnya kejang-kejang. Lalu, keheningan.
Saat itu, Lan Wangji menerobos masuk, wajahnya pucat pasi. Dia menatapku dengan tatapan yang tak pernah kulihat sebelumnya: ketakutan.
"Apa yang kau lakukan?!" bentaknya.
Aku menunjuk ke arah dinding, ke arah bayangan yang kini semakin jelas terlihat. "Lihatlah, Lan Wangji. Lihatlah dosa yang telah dia sembunyikan."
Ternyata, sang putri, sebelum menikahi Lan Wangji, telah membunuh suaminya sendiri demi merebut kekuasaan. Dia telah mengkhianati negaranya sendiri. Dan kini, dosa itu kembali menghantuinya.
Keesokan harinya, kerajaan tetangga runtuh. Pemberontakan meletus, didorong oleh kebenaran yang terungkap. Lan Wangji, yang selama ini terikat oleh aliansi politik, akhirnya bebas. Bebas dari takdir yang telah dipaksakan padanya.
Aku tidak pernah meminta maaf. Aku tidak pernah menjelaskan. Aku hanya pergi, meninggalkan istana dan segala kenangan pahit di sana.
Aku memilih untuk menghilang, membiarkan takdir yang berbalik arah. Pahit, tapi indah.
Di kejauhan, aku mendengar alunan guqin yang sayup-sayup. Apakah itu Lan Wangji? Apakah dia akhirnya mengerti?
Air mata yang kumasak jadi racun, mungkin tidak membunuh siapa pun, tapi telah mengubah segalanya. Dan rahasia itu… masih tersimpan rapat di hatiku, menanti waktu untuk mengungkap dirinya yang sebenarnya.
You Might Also Like: Alasan Moisturizer Gel Dengan Sodium