Dracin Populer: Pelukan Yang Menyembunyikan Dosa
Pelukan yang Menyembunyikan Dosa
Kabut menyelimuti puncak Gunung Tianmu, serupa kerudung kelam yang membungkus rahasia. Di tengah sunyi yang menyesakkan, Istana Anggrek berdiri megah namun terasa hampa. Angin mendesir lirih melalui pilar-pilar kayu berukir naga, seolah membisikkan nama Lin Wei, putri yang telah lama dianggap gugur di medan perang sepuluh tahun silam.
Namun, malam ini, Lin Wei kembali.
Bukan sebagai arwah penasaran, melainkan wanita dewasa dengan tatapan mata yang menyimpan samudra duka dan rahasia. Gaun sutra berwarna jade yang dikenakannya berkibar lembut, kontras dengan aura dingin yang menguar dari dirinya.
Di aula utama, Kaisar Li berdiri memunggunginya. Cahaya rembulan yang menembus jendela besar menerangi punggungnya yang membungkuk. "Wei'er… anakku… Apakah benar itu kau?" Suaranya bergetar, campuran antara harapan dan ketakutan.
Lin Wei melangkah maju, langkahnya ringan namun penuh perhitungan. "Benar, Ayahanda Kaisar. Aku kembali."
"Bagaimana… bagaimana mungkin? Bukankah kau…" Kaisar berbalik, matanya memerah.
Lin Wei tersenyum tipis, senyum yang tak mencapai matanya. "Dinyatakan mati? Ya, itu adalah cerita yang nyaman bagi banyak pihak." Ia berhenti tepat di hadapan Kaisar, jarak mereka begitu dekat sehingga ia bisa merasakan aroma cendana yang selalu melekat pada pakaian Ayahnya. "Sebuah kebohongan yang MENYENANGKAN."
"Siapa yang berani…!" Kaisar mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.
"Bukan siapa, Ayahanda. Melainkan siapa yang diuntungkan." Lin Wei mengulurkan tangannya, membelai lembut pipi Kaisar. Sentuhan yang seharusnya menenangkan itu justru terasa membekukan. "Bukankah hilangnya pewaris tahta yang paling dicintai membuka jalan bagi pangeran lain? Bukankah kematianku mengakhiri perang yang merugikan perbendaharaan istana?"
Kaisar terdiam, ekspresinya berubah-ubah antara keterkejutan, penolakan, dan akhirnya… penerimaan yang pahit.
"Sepuluh tahun aku mengamati, Ayahanda. Aku melihat intrik, pengkhianatan, dan ambisi yang membara. Aku melihat bagaimana kerajaan ini dibangun di atas fondasi kebohongan."
Tiba-tiba, Lin Wei memeluk Kaisar. Erat. Sangat erat, seolah ingin meremukkan tulang-tulangnya.
"Jangan salahkan aku, Ayahanda. Aku hanya melakukan apa yang perlu dilakukan untuk memastikan kebenaran terungkap." Ia berbisik tepat di telinga Kaisar, suaranya selembut sutra namun setajam pisau.
Di balik pelukan itu, sebuah jarum perak berkilau sesaat sebelum menghilang ke dalam punggung Kaisar.
Lin Wei melepaskan pelukannya. Kaisar terhuyung, matanya membulat, lalu ambruk ke lantai.
Lin Wei menatap jasad Ayahnya tanpa ekspresi. Kabut di luar semakin tebal, menyembunyikan kebenaran yang baru saja terungkap.
"Ternyata, selama ini, AKULAH dalang di balik semua ini."
You Might Also Like: Bikin Penasaran Kau Mati Di Sisiku Tapi